7 Alat Peninggalan Kebudayaan pada Zaman Logam di Indonesia

7 Alat Peninggalan Kebudayaan pada Zaman Logam di Indonesia – Alat-alat yang digunakan manusia purba di zaman prasejarah terbagi berdasarkan kemampuan yang dimiliki, danpenggunaannya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang meliputi bercocok tanam, berburu, dan perundagian. Berikut ini 7 alat peninggalan keudayaan pada zaman prasejarah di Indonesia, khususnya di masa logam.

Nekara

Di zaman prasejarah, diketahui manusia purba memiliki kepercayaan akan roh-roh yang dapat memberikan keberkahan bagi mereka. Saslah satu alat yang memiliki keterkaitan dengan kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat kala itu ialah nekara, yaitu sebuah genderang berbahan perunggu dengan membran satu. Pada bidang pemukul nekara memiliki bentuk yang lebar dengan bentuk pinggang yang mengecil.

Hiasan pada nekara umumnya berbentuk geometris, zoomorfik, manusia, perahu, topeng, hewan mitologis, dan lain sebagainya. Di mana ini menunjukkan pada zaman logam tersebut belum mengenal tulisan, dan untuk berkomunikasi menggunakan simbol-simbol yang seperti pada hiasan nekara. Oleh para peneliti benda peninggalan bersejarah, nekara diduga digunakan untuk memanggil roh para leluhur untuk turun ke dunia.

Terkait kepercayaan manusia purba kala zaman prasejarah ini, upacara keagaman dikaitkan dengan bunyi-bunyian, salah satu alat yang digunakan untuk keagamaan mereka ialah nekara. Di mana manusia purba zaman prasejarah begitu meyakini dengan memukul nekara, para roh akan datang ke bumi dan memberi berkah. Nekara ini juga digunakan oleh masyarakat purba prasejarah sebagai alat untuk memanggil hujan.

Bentuk nekara mirip dengan berumbung yang menyebakan sering disebut juga sebagai Genderang Nobat atau Genderang Ketel. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci. Di daerah asalnya, Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila pemiliknya meninggal, dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur.

Namun, alat peninggalan kebudayaan di Indonesia, nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, antara lain ditabuh untuk memanggil roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang, dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Roti, dan Pulau Kei, serta Pulau Selayar, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, dan Pulau Sangean menjadi lokasi yang ditemukan nekara di Indonesia.

Nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia ini memiliki keberagaman, sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Berbeda dengan nekara yang ada di luar, nekara yang ditemukan di Indonesia memiliki ukuran yang besar. Contoh nekara zaman logam yang ditemukan di Desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki tinggi1.86 meter dengan garis tengah 1.60 meter.

Peninggalan sejarah yang ditemukan di Bali tersebut juga dianggap suci, sebagaimana nekara yang difungsikan sebagai alat keagamaan pada masanya. Sehingga, nekara yang ditemukan tersebut ditempatkan di Pure Penataran Sasih, karena nekara sekaligus pura ada tempat yang suci. Dalam bahasa Bali, ‘sasih’ sendiri memiliki makna sebagai bulan, maka nekara Bali tersebut dinamakan nekara Bulan Pejeng.

Kapak Corong

Kapak perunggu yang juga menjadi alat peninggalan zaman logam ini memiliki bentuk seperti corong, hingga dinamai kapak corong. Namun, tidak sedikit pula yang menyebutnya sebagai kapak sepatu, karena bentuknya dianggap seperti sepatu. Masyarakat purba zaman prasejarah pun menggunakan kapak corong sebagai alat untuk memotong kayu. Sebagaiman fungsi kapak yang ada di zaman modern.

Sebagian menyebutkan kapak corong sebagai kapak sepatu karena seolah-olah kapak sebagai sepatu dan tangkai kayu sebagai kaki. Kapak corong ternyata memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong pada kapak yang ditemukan sebagai alat peninggalan pada masa prasejarah ini digunakan sebagai tempat untuk tempat tangkai kayu dari kapak.

Pada kapaknya sendiri, ternyata memiliki bentuk yang sangat beragam. Salah satunya pada kapak corong yang menjadi alat peninggalan kebudayaan pada zaman logam di Indonesia, tepatnya di daerah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan juga Papua. Kapak corong ada yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa, bentuknya sangat indah dan dilengkapi dengan hiasan.

Arca Perunggu

Arca perunggu yang berkembang pada zaman prasejarah memiliki bentuk yang bervariasi, ada yang berbentuk manusia, dan ada juga yang memiliki bentuk binatang. Umumnya, bentuk arca perunggu ini kecil yang dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Diungkapkan oleh alhi prasejarah bahwa cincin tersebut digunakan sebagai alat untuk menggantungkan arca tersebut. Ada kemungkinan arca perunggu dipergunakan sebagai bandul kalung.

Alat peninggalan kebudayaan pada zaman logam di Indonesia yang berupa arca perunggu ini ditemukan di beberapa daerah, sperti Palembang – Sumatera Selatan, Limbangan – Bogor, dan Bangkinang – Riau. Arca perunggu dari zaman prasejarah yang ditemukan di daerah tersebut, termasuk di Lumajang – Jawa Timur, memiliki bentuk berupa manusia dan binatang.

Bejana Perunggu

Masyarakat di zaman prasejarah juga memiliki cara untuk bertahan hidup dengan memancing. Hal ini ditemukan dengan adanya alat peninggalan berupa bejana perunggu. Bejana yang terbuat dari perunggu ini memiliki bentuk seperti kepis, yaitu wadah ikan pada pemancing. Bejana perunggu memiliki pola hias pilin berganda pada sisi luar. Bentuknya hampir menyerupai gitar Spanyol, tapi tidak bertangkai.

Bejana perunggu dari zaman logam ini ditemukan di tepi Danau Kerinci – Sumatera dan Madura, bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Bejana yang ditemukan di Sumatera memiliki kesamaan pada hiasan yang indah dengan gambar-gambar geometri dan pilinan yang mirip huruf J, pada bejana Madura.

Perhiasan

Kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin menjadi bentuk dari perhiasan perunggu. Terdapat cincin yang berukuran sangat kecil, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak, dan para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar. Alat peninggal kebudayaan perhiasan perunggu ditemukan di Malang, Bali, dan Bogor.

Manik-Manik 

Di zaman logam yang juga kental dengan kepercayaan terhadap roh-roh, ternyata membawa dampak pada alat yang ditemukan di masa itu. Salah satunya yaitu manik-manik yang berasal dari zaman perunggu ditemukan dalam jumlah yang besar, dan kala itu masyarakat menggunakannya sebagai bekal kubur. Sehingga, memberikan corak istimewa terhadap manik-manik pada zaman perunggu.

Senjata

Masyarakat prasejarah memiliki cara yang unik dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya ialah dengan berburu. Maka tidak heran jika ditemukan alat ketujuh yang berupa senjata berbahan perunggu. Di Indonesia sendiri ditemukan peninggalan kebudayaan senjata yang digunakan berburu oleh masyarakat prasejarah berupa mata tombak dan belati perunggu di Prajekan – Jawa Timur dan Bajawa – Flores.

Zaman logam yang ditemukan sebagai alat peninggalan kebudayaan di Indonesia, ternya memiliki fakta bahwa berasal dari Dongson, kota yang menjadi pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara yang letaknya di Tonkin. Oleh sebab itu, kebudayaan perunggu di Indonesia disebut juga dengan Kebudayaan Dongson (Vietnam). Perundagian sendiri muncul sebagai tanda kemahiran teknologi dalam mempergunakan bahan logam.